LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI
TUMBUHAN
DIFUSI DAN OSMOSIS
Oleh
Salma
Khatami Al Hadi
160210103096
3/C
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN
PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
JEMBER
2018


I.
JUDUL
Difusi dan Osmosis
II.
TUJUAN
2.1 Mengamati pengaruh perlakuan fisik (suhu) dan kimia
(jenis pelarut) terhadap permeabilitas membran sel.
2.2 Mengetahui pengaruh larutan hipertonik dan larutan
hipotonik pada sel tumbuhan.
III.
TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Campbell, (2008:
143-146) mekanisme transport zat melalui membran sel berdaasarkan penggunaan
energi dibedakan menjadi dua, yaitu transport aktif dan transport pasif.
Transport aktif adalah transport zat yang menggunakan energi karena melawan
gradien konsentrasi, contohnya Pompa natrium-kalium, eksositosis, dan
endositosis. Semua protein transport yang menggerakan zat terlarut melawan
gradien konsentrasi merupakan protein transport di membran. Sedangkan transport
pasif adalah transport zat yang tidak memerlukan energi dengan konsep adanya
energi potensial mengikuti gradien konsentrasi dari tinggi ke rendah, contohnya
difusi dan osmosis. Berdasarkan banyak sedikitnya zat terlarut dalam suatu
cairan, maka cairan dibagi menjadi dua, yaitu cairan hipertonik dan hipotonik. Larutan
hipertonik adalah larutan yang memiliki zat terlarut lebih banyak. Jika sel
dimasukan dalam larutan hipertonik maka sel akan kehilangan air ke lingkungan,
mengkerut, dan mungkin mati. Contoh larutan hipertonik adalah larutan garam dan
larutan gula. Sedangkan larutan hipotonik adalah larutan yang memiliki zat
terlarut lebih sedikit. Jika sel dimasukan dalam larutan hipotonik maka sel
akan mengalami turgiditas karena air akan memasuki sel lebih cepat daripada
keluar sel, sehingga sel akan membengkak dan dapat mengalami lisis. Sel yang
memiliki dinding sel, mempunyai kemampuan dalam mempertahankan keseimbangan air
di dalam selnya karena dinding sel hanya akan mengembang sampai batas tertentu
sebelum mengembalikan tekanan balik pada sel yang melawan pengambilan air lebih
lanjut.
Potensial air adalah energi
inheren dari kedua sisi membran yang memiliki besar konsentrasi zat terlarut
yang berbeda sehingga menimbulkan adanya tekanan osmotik yang akan mendorong partikel
zat terlarut dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah (Al-Alawy,
et al., 2015).
Difusi adalah perpindahan
zat terlarut dari area dengan menuruni gradien konsentrasi (konsentrasi tinggi
ke konsentrasi rendah). Jika konsentrasi dari kedua sisi membrane sudah
seimbang maka partikel zat terlarut akan terus bergerak tanpa merubah gradien
konsentrasi. Difusi dibagi menjadi dua, yaitu simple transport dan difusi
terfasilitasi. Simple transport adalah perpindahan partikel zat terlarut yang berukuran
kecil dan menggunakan perbedaan konsentrasi menjadi energi penggerak bagi
partikel tersebut. Partikel yang dapat melakukan simple transport adalah
partikel yang memiliki ukuran yang relatif kecil. Sedangkan difusi
terfasilitasi adalah pemindahan partikel zat terlarut yang menggunakan protein
pembawa karena ukuran partikel yang relatif besar seperti glukosa. Faktor yang
mempengaruhi kecepatan difusi adalah area permukaan, ukuran partikel, ketebalan
membran, konsentrasi muatan, temperature, tekanan, dan jarak yang harus
ditempuh partikel (James, et al.,
2008: 27-28).
Osmosis merupakan peristiwa
berpindahnya kadar air dalam sel melalui membran semi permeable dari keadaan
sel yang hipotonis menuju hipertonis, sehingga terjadi plasmolisis yang
menyebabkan terlepasnya sitoplasma dari dinding sel (Rahmasari dan Susanto,
2014).
Plasmolisis adalah perubahan
struktural utama yang dihasilkan dari kehilangan air karena osmosis (Taiz dan Zeiger, 2010: 37).
Menurut Hasni, et al., (2016) mengatakan bahwa osmosis adalah
pergerakan dari partikel zat pelarut dalam larutan dari konsentrasi zat pelarut
tinggi ke rendah konsentrasi zat pelarut yang lebih rendah dengan melewati
membrane semi permeable.
Suhu yang tinggi akan menyebabkan
kelarutan senyawa dalam pelarut semakin besar. Peningkatan suhu, akan
menjadikan difusi yang terjadi juga semakin besar, sehingga proses difusi juga
akan berjalan lebih cepat. Akan tetapi dalam meningkatkan suhu operasi juga
perlu diperhatikan, karena suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kerusakan
pada bahan yang sedang diproses (Ibrahim, et
al., 2015).
Proses osmosis dapat merubah
struktur dan tekstur dari sel karena sel kehilangan turgiditas, deformasi atau
pecahnya dinding sel, pemecahan dan degradasi lamella tengah, membrane sel yang
lisis, kolaps sel, plasmolisis dan penyusutan jaringan diindikasikan sebagai
efek utama dehidrasi osmotik pada struktur seluler jaringan tanaman (Phisut, et al., 2013).
Waktu pencampuran yang lama
akan membuat proses difusi berlangsung lebih optimal. Temperatur dapat
memberikan pengaruh secara bersamaan terhadap kelarutan dan daya difusi,
Kecepatan atau laju propagasi, dan kecepatan terminasi rantai yang merupakan
kontrol dari proses difusi monomer tunggal (Putra, et al., 2013).
IV.
METODE PENELITIAN
4.1 ALAT
DAN BAHAN
4.1.1 ALAT
1.
Pelubang
gabus berdiameter 0,5 cm
2.
Bunsen/pemanas
listrik
3.
Tabung
reaksi tertutup ulir (10 buah, berdiameter 2,5 cm)
4.
Gelas
Kimia atau wadah tahan panas
5.
Mikroskop
6.
Kaca
objek
7.
Kaca
penutup
8.
Pipet
tetes
9.
Pisau
silet
4.1.2 BAHAN
1.
Umbi
kunyit/ bit gula
2.
Methanol
3.
Aseton
4.
Akuades
5.
Umbi
bawang meras (Allium cepa) atau daun
Jadam (Rhoeo discolor)
6.
Larutan
gula
7.
Larutan
garam fisiologis
8.
Aquades
4.2 LANGKAH
KERJA
4.2.1 Permeabilitas
Membran sel: Pengaruh Suhu dan Pelarut

4.2.2 Plasmolisis

V.
HASIL PENGAMATAN
5.1
Permeabilitas Membran sel: Pengaruh Suhu dan Pelarut
Perlakuan
|
Warna larutan
|
Gambar
|
|
Fisik
|
400C
|
||
500C
|
|||
700C
|
|||
Pelarut organik
|
Metanol
|
||
Aseton
|
|||
Kontrol
|
Aquades
|
Keterangan:
+ :
Sangat pudar
++ :
Pudar
+++ :
Pekat
++++ :
Sangat pekat
5.2
Plasmolisis
Perlakuan
|
Bawang merah
|
Jadam
|
Larutan glukosa
|
||
Aquades
|
||
Larutan garam fisiologis
|
Jember,
…………………
Pengesahan,
Praktikan
……………………
|
Asisten,
……………………
|
VI.
PEMBAHASAN
VII. PENUTUP
7.1
KESIMPULAN
7.2
SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Al-Alawy, A. F.,
O. Isam, dan M. Hasan. Forward Osmosis Process as an Alternative Method for the
Biologycal Treatment of Wastewater from the Al-Za’afaraniya Tanning Factory. International Journal of Science and
Tecnoledge. 3(1): 159-170.
Campbell, Neil
A. dan R. Jane B. 2008. Biologi: Edisi
Kedelapan Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Hasni, A., R.
Patrick, dan D. Nancy. 2016. The Teaching and Learning of Diffusion and
Osmosis: What can We Learn from Analysis of Classroom Practice? A Case Study. International Journal of Science and
Tecnology Education. 12(6): 1507-1531.
Ibrahim, A.,
Yuanita, dan S. Feronika. 2015. Pengaruh Suhu dan Lama Waktu Ekstraksi terhadap
Sifat Kimia dan Fisik pada Pembuatan Minuman Sari Jahe Merah (Zingiber officinale var. Rubrum) dengan
Kombinasi Penambahan Madu sebagai Pemanis. Jurnal
Pangan dan Agroindustri. 3(2): 530-541.
James, J., B.
Colin, dan S. Helen. 2008. Prinsip-Prinsip
Sains untuk keperawatan. Jakarta: Erlangga.
Phisut, N.,
Rattanawedee, M., dan Aekkasak, K. 2013. Effect of Osmotic Dehydration Process
on the Physical, Chemical, and Sensory Properties of Osmo-Dried Cantaloupe. International Food Reseach Journal.
20(1): 189-196.
Putra, A.,
Yelmida, dan Bahruddin. 2013. Pengaruh Waktu dan Suhu Reaksi Grafting pada Proses
Pembuatan Maleated Natural Rubber. Jurnal
Sains dan Teknologi. 2(1): 1-6.
Rahmasari, H.
dan S. Wahono. 2014. Ekstrasi Osmosis pada Pembutan Sirup Murbei (Morus alba L.) Kajian Proporsi Buah:
Sukrosa dan Lama Osmosis. Jurnal Pangan
dan Agroindustri. 2(3): 191-197.
Taiz, L. dan Z.
Eduardo. 2010. Plant Physiology 5rd
Edition. Sunderland: Sinauer Associate.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar