Kamis, 08 Maret 2018


LAPORAN PRAKTIKUM
GENETIKA
IMITASI RATIO FENOTIPE


Disusun oleh:

Salma Khatami Alhadi (160210103096)
Kelas C/Kelompok 6



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
I.          JUDUL
Imitasi Ratio Fenotipe

II.          TUJUAN
1.      Mempelajari pola persilangan monohibrid dominasi penuh
2.      Mempelajari pola persilangan monohibrid dominasi tidak penuh
3.      Mempelajari pola persilangan dihibrid dominasi penuh
4.      Mempelajari pola persilangan dihibrid dominasi tidak penuh

III.          TINJAUAN PUSTAKA
Penyebab dari persebaran gen adalah persilangan antar individu dalam suatu populasi. Persilangan dapat dibagi menjadi dua berdasarkan jumlah sifat yang disilangkan yaitu, monohibrid yang merupakan perkawinan dengan satu sifat beda dan dihibrib yang merupakan perkawinan dengan dua atau lebih sifat yang berbeda (Wijayanto, et al., 2016).
Dihibrid adalah perkawinan dua parental yang memiliki dua karakter yang berbeda, memiliki alel yang berbeda pada dua gennya. Mendel melakukan percobaan dari dua kacang yang dikawinkan atau disilangkan dengan adanya dua sifat beda dengan menghasilkan perbandingan fenotip 9:3:3:1 (Mason, 2004).
Chi square adalah rumus yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya kesalahan dalam pengambilan sampel dalam data atau untuk menganalisis data secara deskriptif analisis (Purbadewi dan Ulvie, 2013).
Uji chi square adalah rumus yang digunakan untuk menentukan persamaan distribusi yang dicari dapat mewakili semua sampel data yang dianalisis (Kartika, 2015).
Hukum mendel I adalah hukum segregasi, dimana dua alel karakter di segregasikan (dipisahkan satu sama lain) saat pembentukan  gamet dan berakhir di gamet yang berbeda. diturunkan Mendel melakukan percobaan perkawinan kacang ercis dengan satu maupun dua sifat beda dan menemukan ketetapan perbandingan oleh monohibrid dominan penuh adalah 3:1, monohibrid tidak penuh adalah 1:2:1, dan ketetapan perbandingan dominan penuh adalah 9:3:3:1 (Reece, et al., 2014).

IV.          METODE PENGAMATAN

4.1     ALAT DAN BAHAN

4.1.1      ALAT

-
4.1.2      BAHAN
1.         5 kancing hitam dengan penonjolan
2.         5 kancing hitam tanpa penonjolan
3.         5 Kancing putih dengan penonjolan
4.         5 kancing putih tanpa penonjolan
5.         2 kantung plastik hitam
4.2     PROSEDUR KERJA

4.2.1        Perkawinan monohibrid Dominasi Penuh

4.2.2        Perkawinan monohibrid Dominasi Tidak Penuh

4.2.3        Perkawinan Dihibrid Dominasi Penuh

4.2.4        Perkawinan Dihibrid Dominasi Tidak Penuh


V.          HASIL PENGAMATAN
5.1 Monohibrid
Kelompok
   Dominan penuh
Dominan Tidak Penuh

Hitam
Putih
Hitam
Abu
Putih
1
6
6
3
3
6
2
5
7
3
3
6
3
9
3
1
5
6
4
11
1
3
6
3
5
7
5
5
4
3
6
6
6
4
3
5

5.2  Dihibrid
Kelom
pok
Domian Penuh
Dominan Tidak Penuh

HB
HK
PB
PK
HB
HS
HK
AB
AS
AK
PB
PS
PK
1
6
3
7
-
1
1
-
1
5
-
2
4
2
2
12
2
2
-
1
-
1
1
3
1
3
5
1
3
12
2
1
1
-
4
1
2
2
2
2
2
1
4
11
2
2
1
2
1
-
2
5
1
2
-
3
5
11
2
1
2
-
3
1
3
6
2
-
1
-
6
8
2
5
1
3
2
-
3
4
1
1
1
1

5.3  Nilai Probabilitas
Kelom
pok
Pola Persilangan

Monohibrid Dominan Penuh
Monohibrid Dominan Tidak Penuh
Dihibrid Dominan Penuh
Dihibrid Dominan Tidak Penuh
1
5%<X2<10%
X2>99%
5%< X2<10%
30%< X2<50%
2
1%<X2<5%
10%< X2<30%
30%< X2<50%
10%< X2<30%
3
50%<X2<70%
10%< X2<30%
30%< X2<50%
70%< X2<90%
4
30%<X2<50%
X2>99%
70%< X2<90%
10%< X2<30%
5
30%<X2<50%
30%<X2<50%
50%< X2<70%
70%< X2<90%
6
5%<X2<10%
70%<X2<90%
50%< X2<70%
50%< X2<70%

VI.        PEMBAHASAN
Mendel melakukan percobaan persebaran gen. Persebaran gen adalah akibat dari adanya perkawinan antar individu dalam suatu populasi. Hukum mendel I berisi tentang persilanganantara dua individu dengan satu sifat berbeda dan adanya dua alel yang dipisahkan saat proses pembentukan gamet sehingga masing-masing alel berada pada gamet yang berbeda. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Reece, et al., (2014) mengenai hukum mendel I. Hasil dari hukum mendel I adalah monohibrid. Monohibrid adalah perkawinan antara dua individu dengan jumlah perbedaan sifatnya satu jenis, sedangkan dihibrid adalah perkawinan antara dua individu dengan jumlah perbedaan sifat yang dimiliki dua atau lebih. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Wijayanto, et al., (2016) mengenai pengertian dari monohibrid seta dihibrid dan adanya penguatan mengenai pengertian dihibrid dari Mason, (2004).  Berdasarkan sifat dominasinya, persilangan dibagi menjadi dua yaitu  dominasi penuh dan dominasi tidak penuh dimana sifat ini berlaku baik pada monohibrid maupun dihibrid. Dominasi penuh terjadi apabila diantara dua individu yang melakukan perkawinan ada yang memiliki sifat dominan terhadap individu pasangannya, sedangkan dominasi tidak penuh terjadi apabila diantara dua individu yang melakukan perkawinan tidak ada yang memiliki sifat dominan terhadap pasangannya. Ketetapan perbandingan yang dimiliki oleh monohibrid dominan penuh adalah 3:1 dan monohibrid tidak penuh adalah 1:2:1. Sedangkan ketetapan perbandingan dominan penuh adalah 9:3:3:1 dan dihibrid dominan tidak penuh adalah 1:2:1:2:4:2:1:2:1. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Reece, et al., (2014), mengenai ketetapan perbandingan monohibrid dominan penuh dengan perbandingan fenotip 3:1, monohibrid dominan tidak penuh sebesar 1:2:1, dan dihibrid dominan penuh sebesar 9:3:3:1.
Dalam praktikum uji coba persilangan yang dilakukan oleh kami, persilangan dilakukan dengan menggunakan dua buah kantung plastik hitam, sepuluh kancing hitam tanpa penonjolan, sepuluh kancing hitam dengan penonjolan, sepuluh kancing putih tanpa penonjolan, dan sepuluh kancing putih dengan penonjolan. Dimana dua buah kresek hitam digunakan untuk menggambarkan tempat terjadinya spermatogenesis dan oogenesis pada individu yang melakukan persilangan. Kancing berpasangan menggambarkan gamet diploid dan kacing yang tidak berpasangan adalah gamet haploid. Adanya penonjolan pada kancing merupakan penggambaran dari gamet yang sifatnya dominan. Kami melakukan persilangan dengan menggunakan kancing karena tidak memakan waktu untuk pertumbuhan sel gamet menjadi mahluk hidup baru, percobaan dengan menggunakan mahluk hidup yang asli dapat menyebabkan adanya mutasi, sehingga ditakutkan jika kabur atau terlepas akan mengganggu ekosistem lingkungan dan menghasilkan spesies mutan yang baru, penggambaran dari pengambilan kancing dari masing-masing kantung sama saja dengan peluang keluarnya sel gamet yang tidak diketahui akan menghasilkan atau mengeluarkan jenis gametnya karena menggunakan kresek hitam sehingga praktikan yang mengambil kancing tidak mengetahui warna dan kondisi dari kancing tersebut. Percobaan dilakukan dengan memasukan lima kancing hitam tanpa penonjolan, lima kancing hitam dengan penonjolan, lima kancing putih dengan penonjolan, lima kancing putih tanpa penonjolan pada masing-masing kantong yang berada di dalam kresek hitam, sehingga dalam satu kresek ada dua puluh kancing. Lalu mengocok isi dari kresek agar kancing teracak. Kemudian mengambil satu kancing pada setiap kresek yang menggambarkan keluarnya gamet dari spermatogenesis dan oogenesis, mencatat fenotif dan genotifnya, lalu mengembalikan kancing pada tempat pengambilannya agar peluang yang terjadi tetap 1/20 dan tidak berubah.
Dalam melakukan percobaan mengenai persilangan ini, seringkali tidak sesuai dengan ketetapan perbandingan yang telah ditemukan oleh mendel karena adanya penyimpangan acak (kebetualan) atau adanya penyimpangan lain. Untuk mengetahui penyebabnya dan menentukan distribusi peluang yang telah dihitung dapat mewakili seluruh sampel data yang didapatkan, maka dilakukan uji chi square (X2) yang merupakan uji analisis deskriptif. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Purbadewi dan Ulvie, (2013) mengenai pengertian dari uji chi square dan Kartikasari, (2015) mengenai kegunaan dari uji chi square. Rumus dari chi square untuk monohibrid dominan penuh adalah  , sedangkan monohibrid dominan tidak penuh, dihibrid dominan penuh, dan monohibrid dominan tidak penuh menggunakan rumus . Perbedaan antara rumus monohibrid dominan penuh dengan yang lain adalah adanya pegurangan 0,5 (koreksi Yates) pada monohibrid dominan penuh. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan jumlah fenotif. Dimana jumlah kelas lebih dari dua fenotif maka tidak dilakukan koreksi Yates. Untuk mengetahui data yang diambil baik atau tidak maka harus ada perbandingan antara X2 hitung dengan X2 tabel. Jika X2 hitung < X2 tabel dengan probabilitas 0,05 maka data memiliki penyimpangang yang tak bermakna atau data hasil pengamatan baik. Jika X2 hitung > X2 tabel dengan probabilitas 0,05 maka data memiliki penyimpangang yang bermakna atau data hasil pengamatan kurang baik.
Dari  data hasil pengamatan kelas, didapatkan bahwa kelompok satu pada data monohibrid dominan penuh 5% < X2 < 10% dan monohibrid tidak penuh X2 > 99% serta data dihibrid dominan penuh 5% < X2 < 10% dan dihibrid tidak penuh 30% < X2 < 50% memiliki data hasil pengamatan dengan X2 hitung < X2 tabel sehingga penyimpangan yang tidak bermakna atau data hasil pengamatan baik. Pada kelompok dua, data monohibrid dominan penuh 1% < X2 < 5% dan monohibrid tidak penuh 10% < X2 < 30% serta data dihibrid dominan penuh 30% < X2 < 50% dan dihibrid tidak penuh 10% < X2 < 30% memiliki data hasil pengamatan dengan X2 hitung < X2 tabel sehingga penyimpangan yang tidak bermakna atau data hasil pengamatan baik. Pada kelompok tiga, data monohibrid dominan penuh 50% < X2 < 70% dan monohibrid tidak penuh 10% < X2 < 30% serta data dihibrid dominan penuh 30% < X2 < 50% dan dihibrid tidak penuh 70% < X2 < 90% memiliki data hasil pengamatan dengan X2 hitung < X2 tabel sehingga penyimpangan yang tidak bermakna atau data hasil pengamatan baik.
Data dari kelompok empat, monohibrid dominan penuh 30% < X2 < 50% dan monohibrid tidak penuh 10% < X2 < 30% serta dihibrid tidak penuh 10% < X2 < 30% memiliki data hasil pengamatan dengan X2 hitung < X2 tabel sehingga penyimpangan yang tidak bermakna atau data hasil pengamatan baik. Data dihibrid dominan penuh memiliki data 70% < X2 < 90%, dengan X2 hitung > X2 tabel, sehingga penyimpangan bermakna atau data hasil pengamatan kurang baik. Pada data kelompok lima, data monohibrid dominan penuh 30% < X2 < 50% dan monohibrid tidak penuh 30% < X2 < 50% serta data dihibrid dominan penuh 50% < X2 < 70% dan dihibrid tidak penuh 70% < X2 < 90% memiliki data hasil pengamatan dengan X2 hitung < X2 tabel sehingga penyimpangan yang tidak bermakna atau data hasil pengamatan baik. Terakhir pada data kelompok enam, data monohibrid dominan penuh 5% < X2 < 10% dan monohibrid tidak penuh 70% < X2 < 90% serta data dihibrid dominan penuh 70% < X2 < 90% dan dihibrid tidak penuh 50% < X2 < 70% memiliki data hasil pengamatan dengan X2 hitung < X2 tabel sehingga penyimpangan yang tidak bermakna atau data hasil pengamatan baik.
VII.        KESIMPULAN

7.1    Pola persilangan monohibrid dominan penuh adalah pesilangan antara dua jenis individu dengan jumlah perbedaan sifatnya satu jenis dan salah satu individu memiliki sifat dominan terhadap pasangannya. Persilangan ini memiliki ketetapan dengan perbandingan 3:1. Rumus untuk uji chi square yang digunakan adalah adalah , dikurangi 0,5 karena jumlah fenotifnya tidak lebih dari dua.

7.2    Pola persilangan monohibrid dominan tidak penuh adalah pesilangan antara dua jenis individu dengan jumlah perbedaan sifatnya satu jenis dan tidak ada individu yang memiliki sifat dominan terhadap pasangannya. Persilangan ini memiliki ketetapan dengan perbandingan 1:2:1. Rumus untuk uji chi square yang digunakan adalah adalah , tidak dikurangi 0,5 karena jumlah fenotifnya lebih dari dua.

7.3  Dihibrid adalah perkawinan antara dua individu dengan jumlah perbedaan sifat yang dimiliki dua atau lebih dan salah satu individu memiliki sifat dominan terhadap pasangannya. Persilangan ini memiliki ketetapan dengan perbandingan 9:3:3:1. Rumus untuk uji chi square yang digunakan adalah adalah , tidak dikurangi 0,5 karena jumlah fenotifnya lebih dari dua.

7.4     Dihibrid adalah perkawinan antara dua individu dengan jumlah perbedaan sifat yang dimiliki dua atau lebih dan tidak ada individu yang memiliki sifat dominan terhadap pasangannya. Persilangan ini memiliki ketetapan dengan perbandingan 1:2:1:2:4:2:1:2:1. Rumus untuk uji chi square yang digunakan adalah adalah , tidak dikurangi 0,5 karena jumlah fenotifnya lebih dari dua.


DAFTAR PUSTAKA

Kartikasari, Dwi. 2015. Analisis Curah Hujan untuk Pendugaan Debit Puncak dengan Metode Haspers pada Das Kali Blawi Kabupaten Lamongan. Jurnal TeknikA. Vol. 7(2): 693-702.
Mason, John. 2004. Nursery Management Second Edition. Australia: Publication Entry.
Purbadewi, l. dan Ulvie, Y. 2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Anemia dengan Kejadian Anemia pada Ibu Hamil. Jurnal Gizi. Vol. 2(1): 31-39.
Reece, J. B., Urry, L. A., Cain, M. L., Wasserman, S. A., Minorsky, P. V., dan Jackson, R. B. 2014. Campbell Biology. Amerika: Publication Data.
Wijayanto, D. A., Hidayat, R., dan Hasan, M. 2013. Penerapan Model Persamaan Difernsi dalam Penentuan Probabilitas Genotip Keturunan dengan Dua Sifat Beda. Jurnal Ilmu Dasar. Vol. 14(2): 79-84.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar