LAPORAN PRAKTIKUM
GENETIKA
IMITASI RATIO FENOTIPE
Disusun oleh:
Salma Khatami Alhadi
(160210103096)
Kelas C/Kelompok 6
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN
PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2017
I.
JUDUL
Imitasi
Ratio Fenotipe
II.
TUJUAN
1. Mempelajari
pola persilangan monohibrid dominasi penuh
2. Mempelajari
pola persilangan monohibrid dominasi tidak penuh
3. Mempelajari
pola persilangan dihibrid dominasi penuh
4. Mempelajari
pola persilangan dihibrid dominasi tidak penuh
III.
TINJAUAN
PUSTAKA
Penyebab
dari persebaran gen adalah persilangan antar individu dalam suatu populasi.
Persilangan dapat dibagi menjadi dua berdasarkan jumlah sifat yang disilangkan yaitu,
monohibrid yang merupakan perkawinan dengan satu sifat beda dan dihibrib yang
merupakan perkawinan dengan dua atau lebih sifat yang berbeda (Wijayanto, et
al., 2016).
Dihibrid
adalah perkawinan dua parental yang memiliki dua karakter yang berbeda, memiliki
alel yang berbeda pada dua gennya. Mendel melakukan percobaan dari dua kacang
yang dikawinkan atau disilangkan dengan adanya dua sifat beda dengan
menghasilkan perbandingan fenotip 9:3:3:1 (Mason, 2004).
Chi square
adalah rumus yang digunakan untuk mengetahui ada tidaknya kesalahan dalam
pengambilan sampel dalam data atau untuk menganalisis data secara deskriptif
analisis (Purbadewi dan Ulvie, 2013).
Uji
chi square adalah rumus yang
digunakan untuk menentukan persamaan distribusi yang dicari dapat mewakili
semua sampel data yang dianalisis (Kartika, 2015).
Hukum
mendel I adalah hukum segregasi, dimana dua alel karakter di segregasikan (dipisahkan
satu sama lain) saat pembentukan gamet
dan berakhir di gamet yang berbeda. diturunkan Mendel melakukan percobaan
perkawinan kacang ercis dengan satu maupun dua sifat beda dan menemukan
ketetapan perbandingan oleh monohibrid dominan penuh adalah 3:1, monohibrid
tidak penuh adalah 1:2:1, dan ketetapan perbandingan dominan penuh adalah
9:3:3:1 (Reece, et al., 2014).
IV.
METODE
PENGAMATAN
4.1 ALAT DAN BAHAN
4.1.1 ALAT
-
4.1.2
BAHAN
1.
5 kancing hitam dengan
penonjolan
2.
5 kancing hitam tanpa
penonjolan
3.
5 Kancing putih dengan
penonjolan
4.
5 kancing putih tanpa
penonjolan
5.
2 kantung plastik hitam
4.2
PROSEDUR
KERJA
4.2.1
Perkawinan
monohibrid Dominasi Penuh

4.2.2
Perkawinan
monohibrid Dominasi Tidak Penuh

4.2.3
Perkawinan
Dihibrid Dominasi Penuh

4.2.4
Perkawinan
Dihibrid Dominasi Tidak Penuh

V.
HASIL
PENGAMATAN
5.1 Monohibrid
5.1 Monohibrid
Kelompok
|
Dominan penuh
|
Dominan Tidak Penuh
|
|||
|
Hitam
|
Putih
|
Hitam
|
Abu
|
Putih
|
1
|
6
|
6
|
3
|
3
|
6
|
2
|
5
|
7
|
3
|
3
|
6
|
3
|
9
|
3
|
1
|
5
|
6
|
4
|
11
|
1
|
3
|
6
|
3
|
5
|
7
|
5
|
5
|
4
|
3
|
6
|
6
|
6
|
4
|
3
|
5
|
5.2
Dihibrid
Kelom
pok
|
Domian Penuh
|
Dominan Tidak Penuh
|
|||||||||||
|
HB
|
HK
|
PB
|
PK
|
HB
|
HS
|
HK
|
AB
|
AS
|
AK
|
PB
|
PS
|
PK
|
1
|
6
|
3
|
7
|
-
|
1
|
1
|
-
|
1
|
5
|
-
|
2
|
4
|
2
|
2
|
12
|
2
|
2
|
-
|
1
|
-
|
1
|
1
|
3
|
1
|
3
|
5
|
1
|
3
|
12
|
2
|
1
|
1
|
-
|
4
|
1
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
1
|
4
|
11
|
2
|
2
|
1
|
2
|
1
|
-
|
2
|
5
|
1
|
2
|
-
|
3
|
5
|
11
|
2
|
1
|
2
|
-
|
3
|
1
|
3
|
6
|
2
|
-
|
1
|
-
|
6
|
8
|
2
|
5
|
1
|
3
|
2
|
-
|
3
|
4
|
1
|
1
|
1
|
1
|
5.3
Nilai
Probabilitas
Kelom
pok
|
Pola Persilangan
|
|||
|
Monohibrid Dominan
Penuh
|
Monohibrid Dominan
Tidak Penuh
|
Dihibrid Dominan
Penuh
|
Dihibrid Dominan
Tidak Penuh
|
1
|
5%<X2<10%
|
X2>99%
|
5%< X2<10%
|
30%< X2<50%
|
2
|
1%<X2<5%
|
10%< X2<30%
|
30%< X2<50%
|
10%< X2<30%
|
3
|
50%<X2<70%
|
10%< X2<30%
|
30%< X2<50%
|
70%< X2<90%
|
4
|
30%<X2<50%
|
X2>99%
|
70%< X2<90%
|
10%< X2<30%
|
5
|
30%<X2<50%
|
30%<X2<50%
|
50%< X2<70%
|
70%< X2<90%
|
6
|
5%<X2<10%
|
70%<X2<90%
|
50%< X2<70%
|
50%< X2<70%
|
VI.
PEMBAHASAN
Mendel
melakukan percobaan persebaran gen. Persebaran gen adalah akibat dari adanya
perkawinan antar individu dalam suatu populasi. Hukum mendel I berisi tentang
persilanganantara dua individu dengan satu sifat berbeda dan adanya dua alel
yang dipisahkan saat proses pembentukan gamet sehingga masing-masing alel
berada pada gamet yang berbeda. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Reece, et
al., (2014) mengenai hukum mendel I. Hasil dari hukum mendel I adalah monohibrid.
Monohibrid adalah perkawinan antara dua individu dengan jumlah perbedaan
sifatnya satu jenis, sedangkan dihibrid adalah perkawinan antara dua individu
dengan jumlah perbedaan sifat yang dimiliki dua atau lebih. Hal ini sesuai
dengan pernyataan dari Wijayanto, et al.,
(2016) mengenai pengertian dari monohibrid seta dihibrid dan adanya penguatan
mengenai pengertian dihibrid dari Mason, (2004). Berdasarkan sifat dominasinya, persilangan
dibagi menjadi dua yaitu dominasi penuh
dan dominasi tidak penuh dimana sifat ini berlaku baik pada monohibrid maupun
dihibrid. Dominasi penuh terjadi apabila diantara dua individu yang melakukan
perkawinan ada yang memiliki sifat dominan terhadap individu pasangannya,
sedangkan dominasi tidak penuh terjadi apabila diantara dua individu yang
melakukan perkawinan tidak ada yang memiliki sifat dominan terhadap
pasangannya. Ketetapan perbandingan yang dimiliki oleh monohibrid dominan penuh
adalah 3:1 dan monohibrid tidak penuh adalah 1:2:1. Sedangkan ketetapan
perbandingan dominan penuh adalah 9:3:3:1 dan dihibrid dominan tidak penuh
adalah 1:2:1:2:4:2:1:2:1. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Reece, et al.,
(2014), mengenai ketetapan perbandingan monohibrid dominan penuh dengan
perbandingan fenotip 3:1, monohibrid dominan tidak penuh sebesar 1:2:1, dan
dihibrid dominan penuh sebesar 9:3:3:1.
Dalam
praktikum uji coba persilangan yang dilakukan oleh kami, persilangan dilakukan
dengan menggunakan dua buah kantung plastik hitam, sepuluh kancing hitam tanpa
penonjolan, sepuluh kancing hitam dengan penonjolan, sepuluh kancing putih
tanpa penonjolan, dan sepuluh kancing putih dengan penonjolan. Dimana dua buah
kresek hitam digunakan untuk menggambarkan tempat terjadinya spermatogenesis
dan oogenesis pada individu yang melakukan persilangan. Kancing berpasangan
menggambarkan gamet diploid dan kacing yang tidak berpasangan adalah gamet
haploid. Adanya penonjolan pada kancing merupakan penggambaran dari gamet yang
sifatnya dominan. Kami melakukan persilangan dengan menggunakan kancing karena
tidak memakan waktu untuk pertumbuhan sel gamet menjadi mahluk hidup baru,
percobaan dengan menggunakan mahluk hidup yang asli dapat menyebabkan adanya
mutasi, sehingga ditakutkan jika kabur atau terlepas akan mengganggu ekosistem
lingkungan dan menghasilkan spesies mutan yang baru, penggambaran dari
pengambilan kancing dari masing-masing kantung sama saja dengan peluang
keluarnya sel gamet yang tidak diketahui akan menghasilkan atau mengeluarkan
jenis gametnya karena menggunakan kresek hitam sehingga praktikan yang
mengambil kancing tidak mengetahui warna dan kondisi dari kancing tersebut.
Percobaan dilakukan dengan memasukan lima kancing hitam tanpa penonjolan, lima
kancing hitam dengan penonjolan, lima kancing putih dengan penonjolan, lima
kancing putih tanpa penonjolan pada masing-masing kantong yang berada di dalam
kresek hitam, sehingga dalam satu kresek ada dua puluh kancing. Lalu mengocok
isi dari kresek agar kancing teracak. Kemudian mengambil satu kancing pada
setiap kresek yang menggambarkan keluarnya gamet dari spermatogenesis dan
oogenesis, mencatat fenotif dan genotifnya, lalu mengembalikan kancing pada
tempat pengambilannya agar peluang yang terjadi tetap 1/20 dan tidak berubah.
Dalam
melakukan percobaan mengenai persilangan ini, seringkali tidak sesuai dengan
ketetapan perbandingan yang telah ditemukan oleh mendel karena adanya
penyimpangan acak (kebetualan) atau adanya penyimpangan lain. Untuk mengetahui
penyebabnya dan menentukan distribusi peluang yang telah dihitung dapat
mewakili seluruh sampel data yang didapatkan, maka dilakukan uji chi square (X2) yang merupakan
uji analisis deskriptif. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Purbadewi dan
Ulvie, (2013) mengenai pengertian dari uji chi square dan Kartikasari, (2015)
mengenai kegunaan dari uji chi square.
Rumus dari chi square untuk monohibrid dominan penuh adalah
, sedangkan monohibrid dominan tidak penuh,
dihibrid dominan penuh, dan monohibrid dominan tidak penuh menggunakan rumus
.
Perbedaan antara rumus monohibrid dominan penuh dengan yang lain adalah adanya
pegurangan 0,5 (koreksi Yates) pada monohibrid dominan penuh. Hal ini terjadi
karena adanya perbedaan jumlah fenotif. Dimana jumlah kelas lebih dari dua
fenotif maka tidak dilakukan koreksi Yates. Untuk mengetahui data yang diambil
baik atau tidak maka harus ada perbandingan antara X2 hitung dengan
X2 tabel. Jika X2 hitung < X2 tabel dengan
probabilitas 0,05 maka data memiliki penyimpangang yang tak bermakna atau data
hasil pengamatan baik. Jika X2 hitung > X2 tabel
dengan probabilitas 0,05 maka data memiliki penyimpangang yang bermakna atau
data hasil pengamatan kurang baik.


Dari data hasil pengamatan kelas, didapatkan bahwa
kelompok satu pada data monohibrid dominan penuh 5% < X2 < 10%
dan monohibrid tidak penuh X2 > 99% serta data dihibrid dominan
penuh 5% < X2 < 10% dan dihibrid tidak penuh 30% < X2 <
50% memiliki data hasil pengamatan dengan X2 hitung < X2
tabel sehingga penyimpangan yang tidak bermakna atau data hasil pengamatan
baik. Pada kelompok dua, data monohibrid dominan penuh 1% < X2 <
5% dan monohibrid tidak penuh 10% < X2 < 30% serta data
dihibrid dominan penuh 30% < X2 < 50% dan dihibrid tidak penuh
10% < X2 < 30% memiliki data hasil pengamatan dengan X2
hitung < X2 tabel sehingga penyimpangan yang tidak bermakna atau
data hasil pengamatan baik. Pada kelompok tiga, data monohibrid dominan penuh
50% < X2 < 70% dan monohibrid tidak penuh 10% < X2 <
30% serta data dihibrid dominan penuh 30% < X2 < 50% dan
dihibrid tidak penuh 70% < X2 < 90% memiliki data hasil
pengamatan dengan X2 hitung < X2 tabel sehingga
penyimpangan yang tidak bermakna atau data hasil pengamatan baik.
Data
dari kelompok empat, monohibrid dominan penuh 30% < X2 < 50%
dan monohibrid tidak penuh 10% < X2 < 30% serta dihibrid tidak
penuh 10% < X2 < 30% memiliki data hasil pengamatan dengan X2
hitung < X2 tabel sehingga penyimpangan yang tidak bermakna atau
data hasil pengamatan baik. Data dihibrid dominan penuh memiliki data 70% <
X2 < 90%, dengan X2 hitung > X2 tabel,
sehingga penyimpangan bermakna atau data hasil pengamatan kurang baik. Pada
data kelompok lima, data monohibrid dominan penuh 30% < X2 <
50% dan monohibrid tidak penuh 30% < X2 < 50% serta data
dihibrid dominan penuh 50% < X2 < 70% dan dihibrid tidak penuh
70% < X2 < 90% memiliki data hasil pengamatan dengan X2
hitung < X2 tabel sehingga penyimpangan yang tidak bermakna atau
data hasil pengamatan baik. Terakhir pada data kelompok enam, data monohibrid
dominan penuh 5% < X2 < 10% dan monohibrid tidak penuh 70%
< X2 < 90% serta data dihibrid dominan penuh 70% < X2 <
90% dan dihibrid tidak penuh 50% < X2 < 70% memiliki data
hasil pengamatan dengan X2 hitung < X2 tabel sehingga
penyimpangan yang tidak bermakna atau data hasil pengamatan baik.
VII.
KESIMPULAN
7.1 Pola persilangan
monohibrid dominan penuh adalah pesilangan antara dua jenis individu dengan jumlah perbedaan sifatnya satu jenis dan salah satu
individu memiliki sifat dominan terhadap pasangannya. Persilangan ini memiliki
ketetapan dengan perbandingan 3:1. Rumus untuk uji chi square yang digunakan adalah adalah
, dikurangi 0,5
karena jumlah fenotifnya tidak lebih dari dua.
7.2 Pola persilangan
monohibrid dominan tidak penuh adalah pesilangan antara dua jenis individu
dengan jumlah perbedaan
sifatnya satu jenis dan tidak ada individu yang memiliki sifat dominan terhadap
pasangannya. Persilangan ini memiliki ketetapan dengan perbandingan 1:2:1.
Rumus untuk uji chi square yang
digunakan adalah adalah
, tidak dikurangi
0,5 karena jumlah fenotifnya lebih dari dua.
7.3 Dihibrid
adalah perkawinan antara dua individu dengan jumlah perbedaan sifat yang
dimiliki dua atau lebih dan salah satu individu memiliki sifat dominan terhadap
pasangannya. Persilangan ini memiliki ketetapan dengan perbandingan 9:3:3:1.
Rumus untuk uji chi square yang
digunakan adalah adalah
,
tidak dikurangi 0,5 karena jumlah fenotifnya lebih dari dua.

7.4 Dihibrid adalah perkawinan antara dua individu
dengan jumlah perbedaan sifat yang dimiliki dua atau lebih dan tidak ada
individu yang memiliki sifat dominan terhadap pasangannya. Persilangan ini
memiliki ketetapan dengan perbandingan 1:2:1:2:4:2:1:2:1. Rumus untuk uji chi square yang digunakan adalah adalah
, tidak
dikurangi 0,5 karena jumlah fenotifnya lebih dari dua.
DAFTAR
PUSTAKA
Kartikasari,
Dwi. 2015. Analisis Curah Hujan untuk Pendugaan Debit Puncak dengan Metode
Haspers pada Das Kali Blawi Kabupaten Lamongan. Jurnal TeknikA. Vol. 7(2): 693-702.
Mason, John.
2004. Nursery Management Second Edition.
Australia: Publication Entry.
Purbadewi, l.
dan Ulvie, Y. 2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Anemia dengan Kejadian
Anemia pada Ibu Hamil. Jurnal Gizi.
Vol. 2(1): 31-39.
Reece, J. B.,
Urry, L. A., Cain, M. L., Wasserman, S. A., Minorsky, P. V., dan Jackson, R. B.
2014. Campbell Biology. Amerika:
Publication Data.
Wijayanto, D.
A., Hidayat, R., dan Hasan, M. 2013. Penerapan Model Persamaan Difernsi dalam
Penentuan Probabilitas Genotip Keturunan dengan Dua Sifat Beda. Jurnal Ilmu Dasar. Vol. 14(2): 79-84.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar