Pengaruh Pemberian Asam Cuka dan Voltase Listrik terhadap Gerak Refleks
pada Katak (Fejervarya cancrivora)
Salma
Khatami Al Hadi
160210103096
Fisiologi
Hewan C
Program
Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Jember
Jalan Kalimantan No. 37, Kampus
Tegalboto, Sumbersari, Kabupaten Jember, Jawa Timur 68121
ABSTRAK
Penelitian
ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian asam cuka dan voltase listrik
terhadap gerak reflek katak (Fejervarya cancrivora). Membuktikan bahwa gerak reflek pada tubuh katak
dilakukan dua perlakuan, yaitu pengaruh asam cuka dan arus listrik. Pada
penelitian ini mengggunakan bahan larutan asam cuka pekat, garam fisiologi dan
adaptor dengan variasi voltase. Sedangkan alat yang digunakan yaitu, alat
bedah, kaca pengaduk, statif, kawat atau benang gantung, dan adaptor dengan
variasi voltase. Berdasarkan hasil pengamatan, perlakuan pemberian asam cuka
dan arus listrik menimbulkan gerak refleks pada tubuh katak yang ditandai
dengan adanya gerakan terkejut pada tungkai bawah katak. Perlakuan pemberian
asam cuka menimbulkan gerak refleks yang lebih lambat dibandingkan perlakuan pemberian arus listrik. Karena
sumsum tulang belakang merupakan pusat gerak refleks, maka dilakukan perusakan
pada sumsum tulang belakangnya menunjukkan respon tidak seperti keadaan normal.
Hal tersebut ditunjukkan dari semakin tingginya tingkat perusakan sumsum tulang
belakang maka semakin lemah respon yang diberikan.
Kata
kunci: Arus listrik, Asam cuka, Gerak reflek, Voltase
Pendahuluan
Sistem saraf dibagi menjadi dua yaitu, sistem saraf
pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat pada vertebrata adalah otak dan
sumsum tulang belakang. Sedangkan sistem saraf tepinya terdiri dari saraf dan
ganglia (Campbell, et al., 2008: 230).
Jaringan saraf sentral dan tepi terdiri dari atas
dua jenis sel. Sel saraf atau neuron, yang umunya memiliki banyak cabang
panjang, dan beberapa jenis sel ganglia, yang memilliki cabang pendek,
menyangga dan melindungi neuron, dan ikut sera dalam aktivitas saraf, nutrisi
saraf, dan proses pertahanan sel disusun saraf pusat.
Neuron berspons terhadap perubahan lingkungan
(stimulus) dengan merubah gradien ion yang terdapat diantara pemukaan membran
dalam dan luar. Semua sel mempertahankan gradien semacam itu, yang juga disebut
potensial listrik, tetapi sel-sel yang mengubah potensial ini secara cepat
sebagai respon terhadap rangsangan (misalnya, neuron, sel otot, sejumlah sel
kelenjar) dikatakan bersifat excitable. Neuron bereaksi langsung terhadap
rangsangan dengan pembalikan potensial gradien ion (depolarisasi membran) yang
umumnya tersebar dari tempat penerimaan stimulus dan dijalarkan melalui membran
plasma neuron. Penjalaran ini yang disebut pontensial aksi, gelombang
depolarisasi, atau implus saraf, sanggung menempuh jarak jauh dan sepanjang
prosesus neuron, yang meneruskan sinyal tersebut ke neuron yang lain, otot, dan
kelenjar (Mescher, 2013: 160).
Rencana dasar sistem saraf adalah menerima informasi
dari lingkungan eksternal dan internal, untuk menjadikan informasi ini, dan
untuk mengirim dan memprosesnya untuk tindakan yang tepat.
Sebuah neuron atau sel saraf dapat memiliki banyak
bentuk, tergantung pada fungsi dan lokasinya, jenis yang khas. Dari sel tubuh
berinti memperpanjang proses sitso-plasmik dari dua jenis, satu atau lebih
dendrit dalam semua kecuali neuron yang paling sederhana dan akson tunggal.
Seperti namanya dendrit menunjukkan proses-proses ini sering terjadi. Seluruh
permukaan sel tubuh, adalah saraf reseptor sel yang dirancang untuk menerima
informasi dari beberapa sumber yang berbeda sekaligus. Beberapa dari input ini
adalah excit-atory menyebabkan sinyal yang dihasilkan dan disebarkan, yang lain
menghambatkan, membuat generasi sinyal dan propagasi kurang. Akson tunggal
sering menjadi fon panjang yang mungkin menjadi panjang di mamalia terbesar,
biasanya membawa sinyal menjauh dari badan sel. Pada vertebrata dan beberapa
invertebrata yang kompleks, akson sering ditutupi dengan selubung insulasi
myelin, yang berakselerasi propagasi sinyal (Hickman, et al, 2008: 727).
Neuron menghasilkan perubahan potensial membran.
perbedaan muatan listrik di membran plasma. Perubahan listrik ini menghasilkan
impuls saraf, atau potensial aksi, yang membawa informasi sepanjang neuron.
Potensi aksi membesar, perubahan sementara dalam potensial membran yang
berjalan sepanjang akson menyebabkan pelepasan sinyal kimia di terminal akson.
Voltage adalah ukuran perbedaan muatan listrik antara dua titik. Voltage
mewakili energi potensial karena muatan berlawanan akan bergerak bersama jika
diberi kesempatan. Misalnya, ketika kutub negatif dan positif dari sebuah
baterai dihubungkan oleh kawat, arus listrik mengalir melalui kawat karena ada
perbedaan tegangan antara dua kutub. Dalam kabel, arus listrik dibawa oleh
elektron; dalam solusi dan melintasi membran sel, arus listrik dibawa oleh ion.
Ion-ion utama yang membawa muatan listrik melintasi membran neuron adalah
natrium (Na+), kalium (K+), kalsium (Ca2+), dan klorida (Cl–). Dalam sel,
ion-ion ini disimpan pada konsentrasi yang berbeda di dalam dan di luar sel.
Hasil dari perbedaan konsentrasi ini adalah tegangan yang melintasi membran
sel, dan dikenal sebagai potensial membran (Hillis, et al., 2012: 676).
Ketika potensial aksi dalam bentuk gelombang
elektromagnetik bergerak sepanjang serat saraf myelin, medan listrik yang
diciptakan oleh sumber ekternal dapat berpasangan dengan wave ini dan dapat
mempengaruhi bentuknya dengan berbagai cara, pada bagiannya dapat berdampak
pada keberadaan informasi (Yegin, et al.,
2017).
Gerakan refleks merupakan respons terhadap stimulus
yang bertindak atas busur reflek dan tidak disengaja, artinya berada di bawah
kendali kemauan seseorang. Sebagai contoh, banyak proses vital tubuh, seperti
mengendalikan pernapasan, detak jantung, diameter pembuluh darah, dan sekresi
keringat merupakan tindakan refleks. Beberapa tindakan refleks adalah bawaan;
yang lain diperoleh melalui belajar. Reseptor berfungsi untuk mengubah
rangsangan lingkungan eksternal dan internal menjadi sinyal saraf yang dibawa
oleh neuron aferen ke dalam sistem saraf pusat. Sinyal ini dapat dianggap
sebagai sensasi sadar. Sinyal saraf juga berpindah ke neuron eferen, yang membawa
mereka melalui sistem saraf perifer ke efektor, seperti otot atau kelenjar.
(Hickman, 2008: 724-334).
Refleks adalah respons otomatis dari sistem saraf
terhadap stimulus indera dari lingkungan eksternal (suara, cahaya, sentuhan,
bau, dan bahan kimia) atau lingkungan internal (perubahan kimia darah, iritasi
organ internal, dll.) (Masgutova, et al.,
2016).
Pada bagian tungkai hewan vertebrata, terdapat otot
kuadrisep yang memiliki fungsi sebagai mendeteksi regangan mendadak kemudian
neuron sensoris yang berada pada otot kuadrisep akan menghantarkan informasi
yang didapat ke sumsum tulang belakang. Sebagai respon dari neuron sensoris,
neuron motorik akan menghantarkan sinyal ke kuadrisep sehingga menyebabkan otot
tersebut berkontraksi dengan menghenntakan kaki ke atas atau bawah. Neuron
sensoris juga berkomunikasi dengan interneuron di sumusum tulang belakang.
Interneuron akan menghambat neuron motorik yang mengarah ke otot hamstring yang
akan menghambat kerja otot kuadrisep (Campbell, et al., 2008: 238).
Impuls pada gerakan sadar melalui jalan panjang,
yaitu dari reseptor ke saraf sensori dibawa ke otak untuk diterjemahkan
kemudian hasil terjemahan dari otak akan berupa tanggapan yang dibawa oleh
saraf motoric sebagai perintah yang harus di laksanakan oleh efektor yang
nantinya dikirim ke otot sebagai respon dari stimulus (Vanputte, et al., 2016: 208)
Ketika pengamatan terhadap sumsum tulang belakang yang
cedera, ditemukan bahwa terjadi gangguan rangsangan jalur mediasi reflek.
Secara khusus, refleks fleksor awal berkurang atau bisa sama sekali tidak ada
tahap kronis cedera tulang belakang (Smith, et
al., 2014).
Rasa sakit spontan mungkin terjadi hanya di
konseptualisasikan sebagai “stimulus independen”. Nyeri neuromatik adalah hasil
dari berbagai mekanisme operasi di perifer, sumsum tulang belakang dan supra
tulang belakang yang menyebabkan perubahan pada jalur kondisi nyeri (Verma, et al., 2014).
Metode Penelitian
Praktikum ini dilakukan di Laboratorium Pendidikan
Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan Universitas Jember pada tanggal
1 Oktober 2018. Alat yang digunakan pada praktikum yaitu papan seksio,
kacapengaduk, statif, benang, dan adaptor dengan berbagai voltase. Sedangkan
bahan yang digunakan adalah katak (Fejervarya cancrivora), asam cuka pekat, dan
garam fisiologis.
Praktikum ini dilakukan dengan melakukan dua macam
perlakuan, yaitu pemberian asam cuka pekat dan pemberian arus listrik yang
berbeda-beda. Pada perlakuan pemberian asam cuka pekat, mula-mula bagian atas
kepala katak yang berbentuk segitiga dan lunak ditusuk tetapi tidak sampai
mati. Kemudian memotong rahang atas dan menyisakan rahang bawah. Lalu menusuk
bagian rahang bawah dengan menggunakan penusuk dan benang kemudian benamg
dikaitkan pada statif sehingga katak tergantung. Lalu, menguliti tubuh katak
pada bagian perut hingga tungkai dan membasahi tungkai katak dengan garam
fisiologis agar kulit katak tetap lembab. Kemudian mencelupkan batang kaca
pengaduk pada asam cuka pekat dan mengoleskannya pada kulit tungkai katak. Lalu
mengamati gejala-gejala yang terjadi pada katak. Pada percobaan pengaruh arus
listrik terhadap gerak reflek katak, katak yang sudah dikuliti dan dibasahi
oleh garam fisiologis, dialiri dengan arus listrik sebesar 3V, 6V, dan 9V
dimasing-masing tungkai katak dengan cara menempelkan ujung kabel positif pada
masing-masing tungkai katak untuk perlakuan masing-masing voltase. Kemudian
mengamati gejala yang terjadi dan mengulangi perlakuan untuk katak yang telah
dirusak satu ruas dan dua ruas sumsum tulang belakangnya.
Pembahasan
Sistem saraf dibagi menjadi dua yaitu, sistem saraf
pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat pada vertebrata adalah otak dan
sumsum tulang belakang. Sedangkan sistem saraf tepinya terdiri dari saraf dan
ganglia. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Campbell, (2008) mengenai
pembagian sistem saraf.
Gerakan refleks merupakan respons terhadap stimulus
yang bertindak atas busur reflek dan tidak disengaja, artinya berada di bawah
kendali kemauan seseorang. Contoh, proses vital tubuh, seperti mengendalikan
pernapasan, detak jantung, diameter pembuluh darah, dan sekresi keringat
merupakan tindakan refleks. Beberapa tindakan refleks adalah bawaan dan lainnya
didapatkan melalui belajar. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Hickman,
(2008) mengenai pengertian gerak reflek. Gerak reflek disebabkan oleh
rangsangan tertentu yang terjadi tiba-tiba seperti tangan yang memagang kompor
yang panas, secara reflek tangan akan menjauhkan tangan dari kompor. Impuls
pada gerakan sadar melalui jalan panjang, yaitu dari reseptor ke saraf sensori
dibawa ke otak untuk diterjemahkan kemudian hasil terjemahan dari otak akan
berupa tanggapan yang dibawa oleh saraf motorik sebagai perintah yang harus di
laksanakan oleh efektor yang nantinya dikirim ke otot sebagai respon dari
stimulus. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Vanputte, et al., (2016) mengenai mekanisme jalannya impuls dalam gerak
sadar.
Pemberian perlakuan berupa asam cuka dan voltase
pada tungkai katak, karena pada bagian tungkai hewan vertebrata, terdapat otot
kuadrisep yang memiliki fungsi sebagai mendeteksi regangan mendadak kemudian
neuron sensoris yang berada pada otot kuadrisep akan menghantarkan informasi
yang didapat ke sumsum tulang belakang. Sebagai respon dari neuron sensoris,
neuron motorik akan menghantarkan sinyal ke kuadrisep sehingga menyebabkan otot
tersebut berkontraksi dengan menghentakan kaki ke atas atau bawah. Neuron
sensoris juga berkomunikasi dengan interneuron di sumusum tulang belakang.
Interneuron akan menghambat neuron motorik yang mengarah ke otot hamstring yang
akan menghambat kerja otot kuadrisep. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari
Campbell dan Reece, (2008) mengenai mekanisme gerak reflek pada tungkai
vertebrata. Mekanisme gerak reflek secara umum adalah pertama, stimulus terkena
pada reseptor, organ indra di kulit, otot, atau organ lain. Kedua, neuron
aferen, atau sensorik, membawa impuls ke arah sistem saraf pusat, ketiga,
sistem saraf pusat, terjadi koneksi sinaptik antara neuron sensorik dan
interneuron. Keempat, sebuah eferen, atau motor, neuron, yang membuat koneksi
sinaptik dengan interneuron dan membawa impuls dari sistem saraf pusat. Kelima,
efektor, yang membuat seekor hewan merespon perubahan lingkungan. Contoh
efektor adalah otot, kelenjar, dan sel bersilia. Hal diatas menunjukan bahwa
tidak adanya jalur ke otak dan berlangsung secara tidak sadar. Sehingga
kerusakan pada otak tidak akan mengganggu proses gerak reflek selama hewan
tersebut tidak mati.
Faktor yang mempengaruhi gerak refleks tubuh,
diantaranya ada tidaknya rangsangan atau stimlus. Rangsangan tersebut dapat
berasal dari luar maupun dalam tubuh. Rangsangan dari luar, contohnya adalah
temperatur, kelembapan, suara, bau, tekanan, zat-zat kimia dan sebagainya.
Sedangkan rangsangan dari dalam, yaitu dari perubahan kimia darah, iritasi
organ internal makanan, oksigen, air, dan lainnya. Hal ini sesuai dengan
pernyataan dari Masgutova, et al., (2016) mengenai faktor yang mempengaruhi
gerak reflek. Gerak reflek juga didapatkan berdasarkan keturunan dan beberapa berasal
dari proses belajar hewan tersebut.
Alat yang digunakan saat praktikum adalah papan
seksio dan alat seksio, pengaduk, statif, benang, dan adaptor dengan variasi
voltase. Papan seksio dan alat seksio yang berfungsi untuk membantu proses
penusukan dan menguliti tungkai katak. Kaca pengaduk digunakan untuk
mengoleskan larutan asam pekat pada tungkai katak yang telah dikuliti. Statif
berfungsi sebagai alat untuk menggantung katak. Benang digunakan untuk
mengkaitkan rahang bawah katak dengan statif. Sedangkan adaptor dengan berbagai
voltase digunakan untuk mengalirkan arus listrik pada katak dengan voltase 3V,
6V, dan 9V. Bahan yang digunakan dalam praktikum adalah katak (Fejervarya
cancrivora), asam cuka pekat, dan garam fisiologis. katak (Fejervarya cancrivora)
digunakan ssebagai hewan percobaan dalam mengamati gerak reflek. Asam cuka
pekat adalah bahan yang digunakan untuk menguji pengaruhnya terhadap gerak
reflek pada katak. Sedangkan larutan garam fisiologis adalah larutan yang
bersifat isotonis terhadap jaringan tubuh dan digunakan untuk melembabkan
permukaan kulit katak yang telah dikuliti.
Hewan yang akan diuji dengan asam pekat dan arus
listrik, ditusuk bagian atas dari kepala yang berbentuk segitiga. Hal ini
bertujuan untuk merusak sistem saraf pusat yaitu otak sehingga menunjukan bahwa
gerak reflek tidak dipengaruhi oleh kerusakan pada otak. Selain itu perusakan
pada otak bertujuan agar tidak dapat merespon perlakuan seperti pemotongan
rahang atas, penusukan dibagian rahang bawah, dan saat menguliti katak berupa
perlawanan. Sedangkan pematahan 1 dan 2 ruas tulang belakang bertujuan agar
mengetahui pengaruh pematahan ruas tulang belakang terhadap gerak reflek
melalui kecepatan gerak reflek yang dihasilkan saat diberi asam pekat maupun
arus listrik. Berdasarkan hasil pengamatan pemberian stimulus berupa asam pekat
dan arus listrik pada tungkai katak akan menimbulkan respon atau gerakan
terkejut pada tubuh katak. Stimulus adalah perubahan lingkungan luar atau dalam
yang mampu menimbulkan impuls. Gerakan terkejut terjadi karena adanya stimulus
yang tidak diolah oleh otak terlebih dahulu dan langsung dibawa ke sumsum
tulang belakang yang akan diterjemahkan sebagai gerak reflek dan dibawa menuju
efektor berupa otot. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Verma, et al.,
(2014) mengenai gerak reflek yang tidak melakukan pengolahan impuls di otak.
Tabel Pengaruh Pemberian Asam Pekat terhadap gerak
reflek Katak
kelompok
|
Perlakuan
|
Tungkai katak
|
Tanpa
perlakuan
|
Perusakan
Tulang Belakang
|
|||||||
1
|
2
|
3
|
1
|
2
|
3
|
1
|
2
|
3
|
|||
1
|
Asam Cuka
|
Kanan
|
+
|
+
|
-
|
-
|
-
|
++
|
-
|
-
|
-
|
Kiri
|
+++
|
-
|
-
|
-
|
-
|
++
|
-
|
-
|
-
|
||
3
|
Asam Cuka
|
Kanan
|
-
|
-
|
+
|
-
|
-
|
+
|
-
|
-
|
-
|
Kiri
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
+
|
-
|
-
|
++
|
||
5
|
Asam Cuka
|
Kanan
|
+
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Kiri
|
+
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Percobaan gerak reflek yang dilakukan dengan
pengolesan asam cuka pada tungkai katak yang telah dikuliti dilakukan oleh
kelompok 1, 3, dan 5. Hasil yang didapatkan dari kelompok 1 diketahui bahwa
ketika asam cuka dioleskan pada tungkai katak tanpa perlakuan pengulangan
pertama menunjukan adanya pergerakan yang sangat cepat pada tungkai kiri dan
lambat pada tungkai kanan. Pada pengulangan kedua, tungkai kaki kanan
memberikan respon yang lambat sedangkan kiri tidak, dan pada pengulangan ketiga
tidak ada respon gerak reflek yang diberikan oleh katak. Pada perlakuan
pengolesan asam cuka pekat dengan pematahan satu dan dua ruas tulang belakang,
diketahui bahwa hanya pada pengulangan ketiga dari pematahan 1 ruas tulang
belakang saja yang memberikan respon cepat baik kanan maupun kiri.
Hasil yang didapatkan dari kelompok 3 diketahui bahwa
ketika asam cuka dioleskan pada tungkai katak tanpa perlakuan pengulangan
ketiga menunjukan adanya pergerakan reflek yang lambat pada tungkai kanan dan
tungkai kiri tidak ada respon, sedangkan pada pengulangan satu dan dua tidak
ada respon. Pada pengolesan asam cuka pekat dengan pematahan satu ruas tulang
belakang pengulangan ketiga, tungkai kaki kanan dan tungkai kiri memberikan
respon yang lambat, sedangkan pengulangan satu dan dua tidak ada respon. Pada pengolesan
asam cuka pekat dengan pematahan dua ruas tulang belakang pengulangan ketiga,
tungkai kaki kiri memberikan respon yang kuat dan tungkai kaki kanan tidak ada
respon, sedangkan pada pengulangan pertama dan kedua tidak ada respon.
Hasil yang didapatkan dari kelompok 5 diketahui bahwa
ketika asam cuka dioleskan pada tungkai katak tanpa perlakuan pengulangan
pertama menunjukan adanya pergerakan reflek yang lambat pada tungkai kanan dan
kiri, sedangkan pada pengulangan dua dan tiga tidak ada respon. Pada pengolesan
asam cuka pekat dengan pematahan satu dan dua ruas tulang belakang, tungkai
kaki kanan dan kiri tidak ada respon berupa gerak reflek. Hal ini dapat terjadi
karena katak sudah mati sehingga tidak dapat memberikan respon lagi terhadap
pengulangan dan perlakuan berupa perusakan tulang belakang.
Tabel Pengaruh Pemberian arus listrik terhadap Gerak
Reflek Katak
kelompok
|
Perlakuan
|
Tungkai katak
|
Tanpa
perlakuan
|
Perusakan
Tulang Belakang
|
|||||||
1
|
2
|
3
|
1
|
2
|
3
|
1
|
2
|
3
|
|||
2
|
Voltase
|
Kanan 3 V
6
V
9
V
|
++
++
+++
|
++
++
+++
|
++
++
+++
|
+
++
++
|
+
++
++
|
+
++
++
|
+
++
++
|
+
++
++
|
+
++
++
|
Kiri 3 V
6
V
9 V
|
++
++
+++
|
++
++
+++
|
++
++
+++
|
+
++
++
|
+
++
++
|
+
++
++
|
+
++
++
|
+
++
++
|
+
++
++
|
||
4
|
Voltase
|
Kanan 3 V
6 V
9 V
|
++
++
+++
|
++
+++
+++
|
++
+++
+++
|
++
++
+++
|
+
++
+++
|
+
++
+++
|
+
++
+++
|
+
++
+++
|
+
++
+++
|
Kiri 3 V
6 V
9 V
|
++
++
+++
|
++
++
+++
|
++
++
+++
|
+
++
+++
|
+
++
+++
|
+
++
+++
|
+
++
+++
|
+
++
+++
|
+
++
+++
|
||
6
|
Voltase
|
Kanan 3 V
6 V
9 V
|
++
++
+++
|
+++
++
+++
|
+++
++
+++
|
+
+
+
|
-
-
+
|
+
+
+
|
-
-
+
|
-
-
+
|
-
-
+
|
Kiri 3 V
6 V
9 V
|
++
++
+++
|
+++
+++
+++
|
+++
+++
+++
|
-
+
++
|
+
+
++
|
+
+
+++
|
-
-
+
|
-
-
+
|
+
-
+
|
Percobaan gerak reflek yang dilakukan dengan pemberian
arus listrik dengan voltase yang berbeda pada tungkai katak yang telah dikuliti
dilakukan oleh kelompok 2, 4, dan 6. Hasil yang didapatkan dari kelompok 2
diketahui bahwa ketika ujung kabel postif 3V dan 6V ditempelkan pada tungkai
katak tanpa perlakuan pengulangan pertama, kedua dan ketiga menunjukan adanya
pergerakan yang cepat pada tungkai kiri dan kanan, sedangkan pada 9V gerak
reflek katak sangat kuat. Pada perlakuan pematahan satu dan dua ruas tulang
belakang,
bagian kanan dan kiri tungkai kaki katak denga arus listrik sebesar 3V semua
percobaannya lamban, sedangkan pada 6V dan 9V pengulangan pertama, kedua, dan
ketiga dihasilkan gerak reflek yang cepat baik kanan dan kiri tungkai kaki
katak.
Hasil yang didapatkan dari kelompok 4 diketahui bahwa
ketika ujung kabel postif 3V dan 6V ditempelkan pada tungkai katak tanpa
perlakuan pengulangan pertama, kedua dan ketiga menunjukan adanya pergerakan
yang cepat pada tungkai kiri dan kanan, sedangkan pada 9V gerak reflek katak
sangat kuat. Pada perlakuan pematahan satu dan dua ruas tulang belakang baik
pada tungkai kaki kanan dan kiri pemberian arus listrik sebesar 3V
hasilnya terdapat gerakan yang lambat. Pada penggunaan 6V terjadi gerak yang
cepat, dan pada 9V terjadi gerak reflek yang sangat cepat.
Hasil yang didapatkan dari kelompok 6 diketahui bahwa
ketika ujung kabel postif
pada tungkai kanan tanpa perlakuan dengan aliran listrik 3V, hasil pertama
cepat, kedua dan ketiga lebih cepat. Kemudian dengan kuat arus sebesar 6V,
semua percobaannya menghasilkan gerak yang cepat, sedangkan dengan kuat arus
sebesar 9V, semua percobaannya menghasilkan gerak yang lebih cepat. Perlakuan
satu pematahan tulang belakang, dengan aliran 3V dan 6V pengulangan pertama dan
ketiga lamban, kedua tidak ada. sedangkan aliran 9V semua percobaannya lamban.
kemudian dengan perlakuan dua pematahan ruas tulang belakang, aliran 3V dan 6V
semua percobaannya tidak ada, dan aliran 9V semua percobaannya menghasilkan
gerak yang lamban. Sedangkan tungkai kaki kiri, tanpa perlakuan dengan aliran
3V dan 6V pada pengulangan pertama dihasilkan gerak yang cepat, kedua dan
ketiga dengan gerak yang lebih cepat. Aliran 9V semua percobannya sangat cepat
baik kanan dan kiri. Perlakuan perusakan satu ruas tulang belakang, dengan
aliran 3V, pertama tidak ada, kedua dan ketiga lamban. Aliran 6V, semua
percobaannya dihasilkan lamban. Dan 9V, pertama dan kedua cepat, dan ketiga
lebih cepat. Dengan dua kerusakan tulang belakang, aliran 3V, pertama dan kedua
tidak ada, ketiga lamban. Aliran 6V, semua percobaannya tidak ada. Sedangkan
pada aliran 9V, semua percobannya dihasilkan lamban.
Berdasarkan hasil pengamatan dari semua kelompok,
didapatkan bahwa kelompok 1, 3, dan 5 yang menggunakan asam cuka pekat memiliki
pengaruh terhadap gerak reflek katak namun semakin besar atau parahnya
perusakan ruas tulang belakang mampu membuat gerak reflek katak berkurang atau
bahkan hilang. Hal ini menunjukan bahwa saat tidak diberi perlakuan, seharusnya
katak dapat melakukan gerak reflek, saat diberi perlakuan pematahan satu atau
dua ruas tulang belakang, mampu menurunkan kecepatan gerak reflek atau bahkan
hampir tidak ada aktivitas gerak reflek. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
perusakan ruas tulang belakang memiliki efek yang signifikan terhadap aktivitas
gerak reflek. Hal ini dikarenakan tulang belakang merupakan pusat dari gerak
reflek. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Smith et al., (2014) mengenai
pengaruh perusakan tulang belakang terhadap gerak reflek. Sehingga dari data
yang dihasilkan pada perlakuan pemberian asam cuka pekat dengan cara mematahkan
bagian satu dan dua ruas tulang belakang pada tubuh katak, hasil yang di dapat
pada aktivitas refleks tubuh katak menurun dan hal tersebut dapat dibuktikan
pada data yang telah di peroleh yaitu hanya pada kelompok 1 dan 5 saja, yaitu
terdapat gerakan namun sangat minim atau lambat. Sedangkan pada kelompok 3 data
menunjukan adanya peningkatan gerak reflek setelah pematahan dua ruas, hal ini
dapat terjadi karena kurangnya konsentrasi dan kekuatan praktikan saat
mematahkan tulang belakang. Sedangkan pada perlakuan pemberian arus listrik
hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pada semua kelompok masih menunjukkan
adanya gerakan refleks dari tubuh katak setelah diberikan perlakuan 1 maupun
perlakuan 2. Hanya saja pada kelompok 2 dan 4 tidak menunjukan adanya penurunan
kecepatan gerak reflek katak meski sudah dipatahkan tulang belakangnya, sedangkan
pada kelompok 6 terjadi penurunan yang signfikan dari pematahan ruas tulang
belakang tetapi ketika diberi arus sebesar 9V masih terlihat adanya gerakan.
Terdapat perbedaan kecepatan yang terjadi terhadap gerak refleks katak yang
dipengaruhi oleh pemberian arus listrik, yaitu semakin tinggi arus listrik yang
diberikan maka semakin cepat pula gerakan refleks yang ditimbulkan. Sehingga,
pemberian arus listrik 9V menimbulkan gerak reflek yang lebih cepat daripada
pemberian arus listrik 3V dan 6V. hal ini sesuai dengan Pernyataan dari Fertonani dan Carlo, (2016) dan Yegin, et al., (2017) mengenai arus listrik
yang mengenai tubuh akan menjadi suatu stimulus yang menyebabkan homeiostatis
dalam sinaps sehingga dapat menimbulkan respon atau informasi bagi tulang
belakang berupa gerak reflek. Berikut jalannya perubahan arus listrik menjadi
respon, neuron menghasilkan perubahan potensial membran. Perbedaan muatan
listrik di membran plasma menghasilkan impuls saraf, atau potensial aksi, yang
membawa informasi sepanjang neuron. Potensi aksi membesar, perubahan sementara
dalam potensial membran yang berjalan sepanjang akson menyebabkan pelepasan
sinyal kimia di terminal akson. Voltage adalah ukuran perbedaan muatan listrik
antara dua titik. Voltage mewakili energi potensial karena muatan berlawanan
akan bergerak bersama jika diberi kesempatan. Misalnya, ketika kutub negatif
dan positif dari sebuah baterai dihubungkan oleh kawat, arus listrik mengalir
melalui kawat karena ada perbedaan tegangan antara dua kutub. Dalam kabel, arus
listrik dibawa oleh elektron; dalam solusi dan melintasi membran sel, arus
listrik dibawa oleh ion. Ion-ion utama yang membawa muatan listrik melintasi
membran neuron adalah natrium (Na+), kalium (K+), kalsium
(Ca2+), dan klorida (Cl–). Dalam sel, ion-ion ini
disimpan pada konsentrasi yang berbeda di dalam dan di luar sel. Hasil dari
perbedaan konsentrasi ini adalah tegangan yang melintasi membran sel, dan
dikenal sebagai potensial membrane. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari
Hillis, et al., (2012) mengenai
proses perubahan listrik menjadi respon gerak.
Kesimpulan
Mekanisme gerak reflek secara umum adalah pertama,
stimulus terkena pada reseptor, organ indra di kulit, otot, atau organ lain.
Kedua, neuron aferen, atau sensorik, membawa impuls ke arah sistem saraf pusat,
ketiga, sistem saraf pusat, terjadi koneksi sinaptik antara neuron sensorik dan
interneuron. Keempat, sebuah eferen, atau motor, neuron, yang membuat koneksi
sinaptik dengan interneuron dan membawa impuls dari sistem saraf pusat. Kelima,
efektor, yang membuat seekor hewan merespon perubahan lingkungan.
Faktor yang mempengaruhi gerak refleks tubuh,
diantaranya ada tidaknya rangsangan atau stimlus. Rangsangan tersebut dapat
berasal dari luar maupun dalam tubuh. Rangsangan dari luar, contohnya adalah
temperatur, kelembapan, suara, bau, tekanan, zat-zat kimia dan sebagainya.
Sedangkan rangsangan dari dalam, yaitu dari perubahan kimia darah, iritasi
organ internal makanan, oksigen, air, dan lainnya.
Daftar Pustaka
Campbell,
N., A., Reece, J., B., Urry, L., A. Cain, M., L., Wasserman, S., T., Minorsky,
P., V., dan Jackson, R., B. 2008. Biology Edisi Kedelapan Jilid III.
Jakarta: Erlangga.
Fertonani, A.
dan M. Carlo. 2016. Transcranial Electrical Stimulation: What We Know and Do
Not Know about Mechanisms. International Journal of Neurocientist. 23(1):
109-123.
Hickman, C., R.
Larry, K. Susan, L. Allan, I. Helen, dan E. David. 2008. Integrated Principle of Zoology 14th Edition. New York:
McGraw-Hill.
Hillis, D., H.
Craight, S. David, dan P. Mary. 2012. Principle
of Life. Gordonville: Sinauer Associates Inc.
Masgutova, S.,
A. Nelli, dan L. Sadowska. 2016. Reflex Profile of Children with Down
Syndrome Improvement of Neurosensorimotor Development Using the MNRI® Reflex
Integration Program. International
Journal of Neurorehabilitation. 3(1): 1-9.
Mescher,
A., L. 2013. Junqueira’s Basic Histology Text and Atlas. United State:
McGraw-Hill Education.
Smith, A., M.
Chaithanya, R. William, dan K. Maria. 2014. Locomotor Training Alters the Behavior
of Flexor Reflexes during Walking in Human Spinal Cord Injury. International Journal of Neurophysic. 1(2): 2164-2175.
Vanputte, C., R.
Jennifer, dan R. Andrew. 2016. Seeley’s
Essentials of Anatomy & Physiology 9th Edition. New York:
McGraw-Hill.
Verma,
V., Singh dan Jaggi, A., S. 2014. Pregabalin in Neuropathic Pain: Evidences and
Possible Mechanism. Journal Current Neuropharmacology. Vol 12 (1):
44-56.
Yegin.
K., Yegin, E., G., Dasdag S. 2017. Effect of Mobile Phone Signals on Electrical
Impluses of Myelinated Nerve Fibres. Jurnal of International Dental and
Medical Research. Vol 10 (1): 186- 192.
SALMA KHATAMI AL HADI_semoga dapat bermanfaat untuk semua adik tingkatku_PEACE UNEJ
LAMPIRAN
Sangat bermanfaat sekali kak, terimakasih
BalasHapus