Senin, 08 Oktober 2018

Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan Difusi dan Osmosis



LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN
DIFUSI DAN OSMOSIS




Oleh
Salma Khatami Al Hadi
160210103096
3/C



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018


Text Box: Mengamati di bawah mikroskop mulai dari perbesaran lemah ke kuat
I.          JUDUL
Difusi dan Osmosis
II.            TUJUAN
2.1  Mengamati pengaruh perlakuan fisik (suhu) dan kimia (jenis pelarut) terhadap permeabilitas membran sel.
2.2  Mengetahui pengaruh larutan hipertonik dan larutan hipotonik pada sel tumbuhan.

III.         TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Campbell, (2008: 143-146) mekanisme transport zat melalui membran sel berdaasarkan penggunaan energi dibedakan menjadi dua, yaitu transport aktif dan transport pasif. Transport aktif adalah transport zat yang menggunakan energi karena melawan gradien konsentrasi, contohnya Pompa natrium-kalium, eksositosis, dan endositosis. Semua protein transport yang menggerakan zat terlarut melawan gradien konsentrasi merupakan protein transport di membran. Sedangkan transport pasif adalah transport zat yang tidak memerlukan energi dengan konsep adanya energi potensial mengikuti gradien konsentrasi dari tinggi ke rendah, contohnya difusi dan osmosis. Berdasarkan banyak sedikitnya zat terlarut dalam suatu cairan, maka cairan dibagi menjadi dua, yaitu cairan hipertonik dan hipotonik. Larutan hipertonik adalah larutan yang memiliki zat terlarut lebih banyak. Jika sel dimasukan dalam larutan hipertonik maka sel akan kehilangan air ke lingkungan, mengkerut, dan mungkin mati. Contoh larutan hipertonik adalah larutan garam dan larutan gula. Sedangkan larutan hipotonik adalah larutan yang memiliki zat terlarut lebih sedikit. Jika sel dimasukan dalam larutan hipotonik maka sel akan mengalami turgiditas karena air akan memasuki sel lebih cepat daripada keluar sel, sehingga sel akan membengkak dan dapat mengalami lisis. Sel yang memiliki dinding sel, mempunyai kemampuan dalam mempertahankan keseimbangan air di dalam selnya karena dinding sel hanya akan mengembang sampai batas tertentu sebelum mengembalikan tekanan balik pada sel yang melawan pengambilan air lebih lanjut.
Potensial air adalah energi inheren dari kedua sisi membran yang memiliki besar konsentrasi zat terlarut yang berbeda sehingga menimbulkan adanya tekanan osmotik yang akan mendorong partikel zat terlarut dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah (Al-Alawy, et al., 2015).
Difusi adalah perpindahan zat terlarut dari area dengan menuruni gradien konsentrasi (konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah). Jika konsentrasi dari kedua sisi membrane sudah seimbang maka partikel zat terlarut akan terus bergerak tanpa merubah gradien konsentrasi. Difusi dibagi menjadi dua, yaitu simple transport dan difusi terfasilitasi. Simple transport adalah perpindahan partikel zat terlarut yang berukuran kecil dan menggunakan perbedaan konsentrasi menjadi energi penggerak bagi partikel tersebut. Partikel yang dapat melakukan simple transport adalah partikel yang memiliki ukuran yang relatif kecil. Sedangkan difusi terfasilitasi adalah pemindahan partikel zat terlarut yang menggunakan protein pembawa karena ukuran partikel yang relatif besar seperti glukosa. Faktor yang mempengaruhi kecepatan difusi adalah area permukaan, ukuran partikel, ketebalan membran, konsentrasi muatan, temperature, tekanan, dan jarak yang harus ditempuh partikel (James, et al., 2008: 27-28).
Osmosis merupakan peristiwa berpindahnya kadar air dalam sel melalui membran semi permeable dari keadaan sel yang hipotonis menuju hipertonis, sehingga terjadi plasmolisis yang menyebabkan terlepasnya sitoplasma dari dinding sel (Rahmasari dan Susanto, 2014).
Plasmolisis adalah perubahan struktural utama yang dihasilkan dari kehilangan air  karena osmosis (Taiz dan Zeiger, 2010: 37).
Menurut Hasni, et al., (2016) mengatakan bahwa osmosis adalah pergerakan dari partikel zat pelarut dalam larutan dari konsentrasi zat pelarut tinggi ke rendah konsentrasi zat pelarut yang lebih rendah dengan melewati membrane semi permeable.
Suhu yang tinggi akan menyebabkan kelarutan senyawa dalam pelarut semakin besar. Peningkatan suhu, akan menjadikan difusi yang terjadi juga semakin besar, sehingga proses difusi juga akan berjalan lebih cepat. Akan tetapi dalam meningkatkan suhu operasi juga perlu diperhatikan, karena suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada bahan yang sedang diproses (Ibrahim, et al., 2015).
Proses osmosis dapat merubah struktur dan tekstur dari sel karena sel kehilangan turgiditas, deformasi atau pecahnya dinding sel, pemecahan dan degradasi lamella tengah, membrane sel yang lisis, kolaps sel, plasmolisis dan penyusutan jaringan diindikasikan sebagai efek utama dehidrasi osmotik pada struktur seluler jaringan tanaman (Phisut, et al., 2013).
Waktu pencampuran yang lama akan membuat proses difusi berlangsung lebih optimal. Temperatur dapat memberikan pengaruh secara bersamaan terhadap kelarutan dan daya difusi, Kecepatan atau laju propagasi, dan kecepatan terminasi rantai yang merupakan kontrol dari proses difusi monomer tunggal (Putra, et al., 2013).

IV.         METODE PENELITIAN
4.1    ALAT DAN BAHAN
4.1.1   ALAT
1.    Pelubang gabus berdiameter 0,5 cm
2.    Bunsen/pemanas listrik
3.    Tabung reaksi tertutup ulir (10 buah, berdiameter 2,5 cm)
4.    Gelas Kimia atau wadah tahan panas
5.    Mikroskop
6.    Kaca objek
7.    Kaca penutup
8.    Pipet tetes
9.    Pisau silet
4.1.2   BAHAN
1.    Umbi kunyit/ bit gula
2.    Methanol
3.    Aseton
4.    Akuades
5.    Umbi bawang meras (Allium cepa) atau daun Jadam (Rhoeo discolor)
6.    Larutan gula
7.    Larutan garam fisiologis
8.    Aquades
4.2    LANGKAH KERJA
4.2.1   Permeabilitas Membran sel: Pengaruh Suhu dan Pelarut
4.2.2   Plasmolisis

V.           HASIL PENGAMATAN
5.1  Permeabilitas Membran sel: Pengaruh Suhu dan Pelarut
Perlakuan
Warna larutan
Gambar
Fisik
400C


500C


700C


Pelarut organik
Metanol


Aseton


Kontrol
Aquades



Keterangan:
+                : Sangat pudar
++              : Pudar
+++           : Pekat
++++         : Sangat pekat



5.2  Plasmolisis
Perlakuan
Bawang merah
Jadam
Larutan glukosa


Aquades


Larutan garam fisiologis



Jember, …………………
Pengesahan,
Praktikan




……………………
Asisten,




……………………
VI.        PEMBAHASAN
 INI TERTUTUP UNTUK SEMUA KALANGAN HAHAHAHAAA 

















VII.     PENUTUP
7.1         KESIMPULAN



7.2         SARAN



















DAFTAR PUSTAKA
Al-Alawy, A. F., O. Isam, dan M. Hasan. Forward Osmosis Process as an Alternative Method for the Biologycal Treatment of Wastewater from the Al-Za’afaraniya Tanning Factory. International Journal of Science and Tecnoledge.  3(1): 159-170.
Campbell, Neil A. dan R. Jane B. 2008. Biologi: Edisi Kedelapan Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Hasni, A., R. Patrick, dan D. Nancy. 2016. The Teaching and Learning of Diffusion and Osmosis: What can We Learn from Analysis of Classroom Practice? A Case Study. International Journal of Science and Tecnology Education. 12(6): 1507-1531.
Ibrahim, A., Yuanita, dan S. Feronika. 2015. Pengaruh Suhu dan Lama Waktu Ekstraksi terhadap Sifat Kimia dan Fisik pada Pembuatan Minuman Sari Jahe Merah (Zingiber officinale var. Rubrum) dengan Kombinasi Penambahan Madu sebagai Pemanis. Jurnal Pangan dan Agroindustri. 3(2): 530-541.
James, J., B. Colin, dan S. Helen. 2008. Prinsip-Prinsip Sains untuk keperawatan. Jakarta: Erlangga.
Phisut, N., Rattanawedee, M., dan Aekkasak, K. 2013. Effect of Osmotic Dehydration Process on the Physical, Chemical, and Sensory Properties of Osmo-Dried Cantaloupe. International Food Reseach Journal. 20(1): 189-196.
Putra, A., Yelmida, dan Bahruddin. 2013. Pengaruh Waktu dan Suhu Reaksi Grafting pada Proses Pembuatan Maleated Natural Rubber. Jurnal Sains dan Teknologi. 2(1): 1-6.
Rahmasari, H. dan S. Wahono. 2014. Ekstrasi Osmosis pada Pembutan Sirup Murbei (Morus alba L.) Kajian Proporsi Buah: Sukrosa dan Lama Osmosis. Jurnal Pangan dan Agroindustri. 2(3): 191-197.
Taiz, L. dan Z. Eduardo. 2010. Plant Physiology 5rd Edition. Sunderland: Sinauer Associate.